Pengantar Bisnis Semester 1 (Tema 6)
Kependudukan Dan Program Keluarga
Berencana (KB)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis Semester 1
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis Semester 1
Dosen:
S
TIWI ANGGRAENI
Disusun
Oleh:
Dea
Khirana (22214581)
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ”Kependudukan Dan Program Keluarga Berencana (KB)”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun kepada pembaca umumnya
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1.
Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2.
Rumusan Masalah…………………………………………….. 1
1.3.
Tujuan Penulisan……………………………………………… 1
1.4. Metode
Penulisan……………………………………………... 1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................... 2
2.1 Sejarah Dan Pengertian Keluarga
Berencana………………….. 2
2.2 Kelebihan Program KB………………………………………... 3
2.3 Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam
Program KB…………………………………………………………….... 3
2.4 Faktor Pendorong Masyarakat
Menggunakan KB………………………………………………………………. 6
2.5 Gambaran Program KB DI Indonesia…………………………... 8
2.6 Sasaran Program KB…………………………………………… 10
2.7 Pelaksanaan Program KB……………………………………….. 10
BAB III PENUTUP……………………………………………………...... 12
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 12
3.2Saran……………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan penduduk
ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini
jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa
menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi
kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi
beban negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang
tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung
seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas, yang
bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena
berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan penghidupan
yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan
serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi
ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan menggalakkan program KB (Keluarga Berencana). Program
KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde
Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak,
yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, KB
diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga
lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk
mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari
sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak
positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah dalam makalah ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah adanya program
KB di Indonesia?
2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat
dalam program KB?
3. Bagaimana gambaran program KB di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah
dan pengertian KB
2. Untuk mengetahui peran dari pemerintah
dan masyarakat dalam pelaksanaan program KB
3. Untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan program KB di Indonesia
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan menggunakan media buku dan media internet.
Metode penulisan menggunakan media buku dan media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Dan Pengertian Keluarga Berencana
Pelopor gerakan Keluarga Berencana
di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI yang
didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum
oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent operation. Dalam rangka
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, usaha Keluarga
Berencana terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal
16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana di Indonesia memasuki era
peralihan jika selama orde lama program gerakan Keluarga Berencana dilakukan
oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena
pimpinan negara pada waktu itu anti kepada Keluarga Berencana maka dalam masa
orde baru gerakan Keluarga Berencana diakui dan dimasukkan dalam program
pemerintah. Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana juga
mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga
Keluarga Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970
lembaga ini diganti menjadi BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia.
Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan
dengan memakai alat kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak
dimana dalam satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak
saja. Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan atau
penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
keluarga, masyarakat, maupun negara. Dengan demikian KB disini mempunyai arti
yang sama dengan pengaturan keturunan. Penggunaan istilah keluarga berencana
juga sama artinya dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni
family planning atau planned parenthood, sepert yang digunakan oleh
International Planned Parenthood Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB
internasional yang berkedudukan di London. KB juga berarti suatu tindakan
perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuan
serta sesuai dengan situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian KB berbeda
dengan birth control yang artinya pembatasn atau penghapusan kelahiran. Istilah
birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau
sterilisasi (pemandulan).
Perencanaan keluarga merujuk kepada
pengguanaan metode-metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama
diantara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk
menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan dan ekonomi dan untuk
memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan
masyarakat. Ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan daan
penjagaan kesehatan ibu dan anak
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yag aman
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga
malainkan juga untuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan
anak
2.2 Kelebihan Program KB
Kelebihan
dari program KB disini antara lain sebagai berikut :
- Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga serta membantu pemerintah mengurangi resiko ledakan penduduk atau baby boomer
- Penggunaan kondom akan membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit menular melalui hubungan seks
- Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Sebab, anggaran keuangan keluarga akhirnya bisa digunakan untuk membeli makanan yang lebih berkualitas dan bergizi
- Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan waktu kelahiran dan juga menghindarkan kehamilan dalam waktu yang singkat.
- Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Ini
berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan
Keluarga Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri,
keluarga dan masyarakat Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program
pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan
anak. Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu
terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran
mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada
pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja
mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan
proses reproduksinya.
2.3 Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Program KB
1.
Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi
kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program keluarga
berencana nasional telah di ubah mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun
2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung
jawab, harmonis (Saifudin, 2003). Program Keluarga Berencana Nasional merupakan
salah satu program dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu
pokok dalam program Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak
segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia. Cara yang digunakan untuk mewujudkan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yaitu mengatur jarak kelahiran anak dengan
menggunakan alat kontrasepi (Wiknjosastro, 2005).
Macam-macam metode kontrasepsi
adalah intra uterine devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif
untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk pria (vasektomi), dan
kontrasepsi pil (Saifudin, 2003).Kurangnya peran pemerintah dalam menggalakkan
program KB mengakibatkan tingginya pertambahan pendudukan yang akan
meningkatnya tingginya pertambahan penduduk yang akan menyebabkan meningkatnya
kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup,
berdampak pada naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008).
Cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi
terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat
dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.
KB merupakan program yang berfungsi
bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan
anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai
dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) (
Sheilla, 2000 ). Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi karena selain membantu klien untuk
memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya,
juga membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama sehingga klien
lebih puas dan pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan program KB.
Penyuluhan kesehatan tidak hanya memberikan suatu informasi, namun juga
memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan (Efendy, 2003). Dengan kesadaran karena adanya informasi tentang
berbagai macam alat kontrasepsi dengan kelebihannya masing-masing, maka ibu-ibu
akan termotivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi. Karena Motivasi merupakan
dorongan untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku, motivasi bisa
berasal dari dalam diri maupun luar (Moekijat, 2002).
Media adalah salah satu cara untuk
menyampaikan informasi. Salah satu contoh media adalah flip chart yang sering
disebut sebagai bagan balik yang merupakan kumpulan ringkasan, skema, gambar,
tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran yang
cocok untuk pembelajaran kelompok kecil yaitu 30 orang (Nursalam, 2008 ).
Selain itu bagan ini mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu untuk
mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku seseorang (Syafrudin, 2008).
Badan dari pemerintah yang mengurus
program keluarga berencana adalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. Badan ini mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, BKKBN menyelenggarakan
fungsi:
- Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
- Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
2.
Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi
masyarakat Indonesia terhadap pelaksanaan KB, pastinya terdapat kelebihan serta
kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi bersentuhan langsung dengan peran
serta masyarakat, baik dalam mengikuti program tersebut ataupun sebagai aktor
pendukung program Keluarga Berencana. Untuk itu kita akan berbicara mengenai
kedua hal tersebut, serta bagaimana seharusnya kita berperan dalam mendukung
kesuksesan KB juga akan sedikit kita bahas. Pertama, berbicara terkait
partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan KB yang ternyata kenaikannya hanya
sedikit bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.
Dalam media massa kompas.com
disebutkan bahwa: Dalam lima tahun terakhir, jumlah peserta keluarga berencana
hanya bertambah 0,5 persen, dari 57,4 persen pasangan usia subur yang ada pada
2007 menjadi 57,9 persen pada tahun 2012. Sementara itu jumlah rata-rata anak
tiap pasangan usia subur sejak 2002-2012 stagnan di angka 2,6 per pasangan.
Rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya jumlah anak yang dimiliki membuat
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 312,4 juta
jiwa. Padahal jumlah penduduk saat itu sebenarnya bisa ditekan menjadi
288,7 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk ini mengancam pemanfaatan jendela
peluang yang bisa dialami Indonesia pada tahun 2030. Jendela peluang adalah
kondisi negara dengan tanggungan penduduk tidak produktif, oleh penduduk
produktif paling sedikit. Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah tiap
bangsa. Agar jendela peluang termanfaatkan, angka ketergantungan penduduk
maksimal adalah 44 persen. Artinya, ada 44 penduduk tidak produktif, baik
anak-anak maupun orangtua, yang ditanggung 100 penduduk usia produktif berumur
15 tahun hingga 60 tahun.
Menurut Julianto, untuk mencapai
angka ketergantungan 44 persen, jumlah peserta KB minimal harus mencapai 65
persen dari pasangan usia subur yang ada pada tahun 2015. Sementara itu jumlah
anak per pasangan usia subur juga harus ditekan hingga menjadi 2,1 persen anak
pada 2014. Akan tetapi, target ini masih jauh dari kondisi yang ada. Angka
ketergantungan pada 2010 masih mencapai 51,33 persen, turun 2,43 persen
dibandingkan dengan tahun 2000. Provinsi yang memiliki angka ketergantungan 44
persen pada tahun 2000 ada lima provinsi, tetapi pada 2010 hanya tinggal satu
provinsi, yaitu DKI Jakarta. Sebaliknya, laju pertumbuhan penduduk justru naik
dari 1,45 persen pada tahun 2000 menjadi 1,49 persen pada 2010. Persentase
kehamilan pada ibu berumur 15-49 tahun pun naik dari 3,9 persen pada 2007
menjadi 4,3 persen pada 2012. Jumlah pasangan usia subur yang ikut KB pada 2012
hanya 57,9 persen. Adapun masyarakat yang ingin ber-KB tetapi tidak terjangkau
layanan KB hanya turun dari 9,1 persen pada 2007 ke 8,5 persen pada 2012.
Terbatasnya dana untuk program KB
dan kependudukan menjadi penyebab utamanya. "BKKBN menargetkan angka
ketergantungan 44 persen dapat dicapai pada 2020. Dengan demikian, jika
hasilnya tidak tercapai, masih ada waktu perbaikan menuju 2030,"
tambahnya. Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Nurdadi
Saleh mengatakan, jika jumlah penduduk tak dikendalikan, persoalan fasilitas
pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan penyediaan lapangan
kerja akan terus menjadi masalah. Karena itu, semua pihak harus mendorong
kembali agar pelaksanaan KB di Indonesia bisa sukses kembali seperti pada
dekade 1990-an.
Angka kenaikan yang cukup stagnan
ini tentunya menjadi sebuah pertanyaan besar, sebenarnya apa yang menjadi
permasalahan sehingga partisipasi masyarakat untuk ikut KB sangat minim. Kita
sudah tahu permasalahan yang akan muncul ketika laju pertumbuhan penduduk tidak
dapat dibendung, mulai dari masalah kemiskinan, SDM rendah dan lain sebagainya.
Kalau kita lihat proses sosialisasi KB sendiri masih menemui banyak kendala,
mulai dari masyarakat yang tidak atau kurang peduli dengan program tersebut
sampai pada pelaksanaan program KB tersebut. Saat ini peran Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) masih minim dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga
ada kaitannya dengan jumlah petugas yang hanya sedikit, sampai-sampai satu
orang harus menghandle 3-4 desa dengan jumlah penduduk yang mencapai ratusan
bahkan ribuan. Seharusnya ada peran dari masyarakat, missal Ibu-ibu PKK dalam
mendukung terwujudnya program ini. Ada pula indikasi bahwa metode KB yang
diterapkan saat ini kurang tepat, sehingga tidak berjalan maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan KB
tersebut perlu peran dari semua lapisan kehidupan, baik pemerintah (dari
pusat-kota) hingga masyarakat itu sendiri. Kepedulian akan tujuan bersama harus
ditingkatkan. Perlu juga pelaksanaan KB yang aman dengan sosialisasi yang baik
dari satu keluarga ke keluarga lain. Penyediaan tempat untuk informasi dan
layanan KB yang baik. Pemberian reward and punishment juga perlu dijalankan
dengan baik, agar peraturan yang ada tidak dilanggar dengan seenaknya saja.
Akan tetapi yang paling penting adalah kesadaran masyarakat itu sendiri dalam
melaksanakan program KB bagi dirinya, keluarga, serta masyarakat. Sebenarnya
ada beberapa faktor yang dapat mendorong terlaksananya program KB dengan baik,
diantaranya : faktor ideology, penyediaan alat kontrasepsi, faktor ekonomi,
faktor lokasi sosialisasi program KB, dan faktor kebijakan negara.
Kedua, kita akan berbicara terkait
partisipasi masyarakat terhadap program KB sebagaimana mereka bertindak sebagai
aktor pendukung. Aktor pendukung bisa berasal dari kalangan mahasiswa,
akademisi, medis, sampai aparat pemrintah (kota sampai desa). Partisipasi
mereka dalam meyerukan program KB demi menekan laju pertumbuhan penduduk serta
masalah lain yang mungkin timbul masih belum maksimal. Seharusnya bekal
pendidikan juga bisa dimaksimalkan untuk sosialisasi, demi partisipasi aktif
berbagai elemen dalam mendukung pelaksanaan program Keluarga Berencana.
Sedangkan peran yang perlu kita lakukan dalam mendukung peningkatan partisipasi
masyarakat dalam program KB diantaranya ; Peran kita dalam mensosialisasikan
program KB mulai dari keluarga sendiri, sampai tetangga kita. Memaksimalkan
organisasi masyarakat seperti Karang Taruna dan PKK untuk mendukung sosialisasi
KB di masyarakat dan terakhir kita perlu membangun jaringan kuat yang mampu
berinergi mendukung program KB agar terlaksana dengan efektif dan
efisien.
2.4 Faktor Pendorong Masyarakat Menggunakan KB
KB merupakan salah satu sarana bagi
setiap keluarga baru untuk merencanakan pembentukan keluarga ideal, keluarga
kecil bahagia dan sejahtera lahir dan bathin. Melalui program KB diharapkan
lahir manusia Indonesia yang berkualitas prima, yaitu manusia Indonesia yang
memiliki kualitas diri antara lain beriman, cerdas, trampil, kreatif, mandiri,
menguasai iptek, memiliki daya juang, bekerja keras, serta berorientasi ke
depan. Karena itu KB seharusnya bukan hanya menjadi program pemerintah tetapi
program dari setiap keluarga masyarakat Indonesia. Masyarakat memiliki
kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi yang diinginkan. Dari hasil
wawancara terhadap 40 ibu-ibu di desa “X”, 10 orang di antara mereka memilih
untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan 30 orang lainnya
memilih untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi ini. Responden memiliki
alasan yang beragam mengenai keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.
1.
Faktor pendorong masyarakat menggunakan
metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.
Masyarakat pengguna metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
memiliki alasan yang berbeda-beda mengenai hal yang mendorong mereka lebih
memilih kontrasepsi tersebut. Adapun factor pendorong masyarakat memilih metode
ini dengan alasan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk alat kontrasepsi. Mereka
bisa memanfaatkan keuangan untuk keperluan rumah tangga yang lain sehingga
dapat menghemat pengeluaran. Serta dapat melibatkan suami dalam penggunaan
kontrasepsi ini seperti pada senggama terputus dimana suami yang memegang
peranan penting, sehingga tidak istri saja yang harus menggunakan kontrasepsi.
Mereka juga beranggapan, dengan tidak menggunakan alat dapat terhindar dari
efek merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat kontrasepsi. Hal ini
juga dapat menghindarkan diri dari kemungkinan alergi yang ditimbulkan oleh
karena pemakaian alat kontrasepsi. Selain itu, alat kontrasepsi menurut mereka
dapat menyebabkan sakit dalam pamakaiannya, seperti penggunaan KB suntik 3
bulan dimana akseptor akan mengalami sakit akibat tusukan jarum setiap 3
bulannya. Siklus menstruasi dapat menjadi tidak teratur serta berat badan akan
naik pada umumnya, sehingga akan mengurangi daya tarik bagi suami mereka karena
kenaikan berat badan yang bertahap. Oleh sebab itu, mereka lebih memilih untuk
menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.
Berdasarkanhal tersebut telah
dijelaskan bahwa untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif,
pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati
tanda-tanda fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa
subur dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak
menginginkan kehamilan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat tidak
mempengaruhi siklus menstruasi wanita. Alasan responden yang beragam tersebut
sesuai dengan kajian teori mengenai metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.
Dengan menggunakan metode ini, tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh karena
tidak memasukkan benda asing maupun bahan kimia lain. Dalam penggunaannya pun
tidak tergantung dengan tenaga medis, sehingga dapat lebih ekonomis.
2.
Faktor Pendorong tidak Menggunakan
Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat.
Sebagian besar responden di desa “X” tidak menggunakan
metode kontrasepsi sederhana tanpa alat. Dari 40 responden, 30 orang memilih
untuk tidak menggunakan metode KB tanpa alat. Mereka memiliki alasan yang
beragam. Pada umumnya, mereka beralasan bahwa metode tersebut “ribet” karena
perlu waktu dan latihan untuk dapat mengetahui secara tepat masa suburnya.
Selain itu, penentuan masa subur ini tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan
pengamatan 1 siklus mentruasi saja, setidaknya perlu pengamatan selama 6 bulan
untuk lebih amannya, sehingga dapat terhindar dari kehamilan yang tidak
diinginkan. Selain itu bagi mereka yang mempunyai siklus haid yang tidak
teratur akan sulit untuk menentukan sendiri kapan atau tidak berada pada masa
subur. Keefektivan tergantung dari kemauan, pemahaman dan disiplin pasangan
maupun akseptor sendiri. Oleh karena itu, mereka lebih memilih menggunakan KB
dengan alat yang lebih efektif dan efisien.
Dengan pemakaian yang berkala
sehingga mereka tidak perlu ribet lagi untuk memikirkan cara berhubungan
seksual setiap harinya untuk mencegah kehamilan atau mengatur jarak
kehamilannya.Dan ada juga kerugiannya karena metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat memerlukan waktu pantang berkala yang relative lama, sehingga dapat
mengurangi keharmonisan rumah tangga. Suami yang tidak dapat menahan
keinginannya untuk melakukan hubungan suami istri, dapat melampiaskan
keinginannya tersebut di luar rumah. Bagi pasangan yang salah satunya
terinfeksi penyakit menular seksual (PMS), metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat ini dihindari. Pasalnya, metode ini tidak melindungi pihak yang tidak
terinfeksi, seperti pada penggunaan kondom.
2.5 Gambaran Program KB DI Indonesia
1.
Gambaran Keberhasilan KB
Gotong royong. Itulah kunci
keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana (KB) di Indonesia. Demikian
disampaikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam
sambutannya pada sesi plenary London Summit on Family Planning, pada 11 Juli
2012. Menko Kesra memaparkan keberhasilan program KB di Indonesia, pelajaran
yang dapat dipetik oleh negara-negara lain, khususnya sesama negara berkembang,
negara anggota G20, dan kerja sama Selatan-Selatan, serta komitmen pemerintah
Indonesia terhadap pelaksanaan program KB selanjutnya. Pendekatan gotong royong
inilah yang "dijual' atau dipromosikan oleh Menko Kesra ke berbagai
negara peserta London Summit sebagai kunci sukses pelaksanaan program KB di
Indonesia. Menko Kesra menjelaskan bahwa pelaksanaan KB di Indonesia
dilaksanakan dengan dukungan dari berbagai pihak secara gotong royong.
Semua komponen, termasuk pemerintah,
swasta, lembaga dan organisasi masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan
wartawan memberikan dukungan dalam bentuk berbeda-beda. Wartawan
mendukung program KB melalui penyebaran informasi kepada masyarakat melalui media
massa sementara tokoh agama dan adat menyampaikan informasi program KB kepada
masyarakat melalui pengajian, pertemuan adat, dan lain-lain. Program KB telah
berkontribusi terhadap penurunan angka fertilitas di Indonesia dari 5,6 anak
per wanita pada 1970-an menjadi 2,3 anak per wanita pada 2000-an (SDKI
2002-2003, 2007). Selama 30 tahun, program KB telah berhasil menghindari
sebanyak 100 juta kelahiran.
Menko Kesra memaparkan, “Ada empat
langkah kunci dalam keberhasilan penurunan angka fertilitas tersebut, yakni
partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah pedesaan, komunikasi inovatif
untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS), kemitraan
pemerintah dan swasta, dan pergeseran fokus ke pelayanan berkualitas.” Langkah
kunci keberhasilan KB di Indonesia yaitu :
- Pertama, menggunakan partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah pedesaan pada tahun 1970. Pada tahun tersebut pemerintah merekrut pekerja lapangan sebanyak 40.000 dan 100.000 sukarelawan untuk membawa masyarakat ke tempat pelayanan. Mereka berada di tingkat desa serta petugas dan kader itu datang mengunjungi rumah ke rumah untuk membahas metode keluarga berencana, memberikan konseling, dan membuat rujukan ke puskesmas.
- Kedua, pemerintah meluncurkan sebuah program inovatif yang mendayagunakan dan mengoptimalkan semua jalur dan saluran komunikasi kampanye KB yang dirancang untuk membawa perubahan norma sosial dari norma banyak anak menjadi norma sedikit anak, yang disebut "norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera sehingga norma itu melembaga di masyarakat.
- Ketiga menyadari bahwa pemerintah, dalam hal ini tempat-tempat pelayanan pemerintah tidak mungkin bisa memberikan pelayanan secara optimal akan pemenuhan pelayanan KB. Di sisi lain, ada potensi lain yang perlu digali, maka sekali lagi dilakukan gotong royong atau bermitra dengan pihak swasta.
- Keempat, sejak pertengahan 1990-an, pola penggarapan KB tidak hanya terfokus pada kuantitas, tetapi juga sudah diarahkan ke kualitas layanan.
Selain itu terdapat juga lima faktor
di balik keberhasilan KB di Indonesia, yaitu kemauan politik (political will)
termasuk dukungan anggaran, pembentukan Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) pada 1970 yang independen dari Departemen Kesehatan,
pengelolaan program yang efektif dari tingkat nasional hingga akar rumput, data
dan sistem pelaporan, dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan
(stakeholder). Dalam sesi paralel London Summit on Family Planning Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief memaparkan tentang
desentralisasi program KB di Indonesia, kepala BKKBN menjelaskan berbagai
tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan program KB di
era desentralisasi dan strategi yang dikembangkan untuk menghadapi
tantangan-tantangan tersebut.
London Summit on Family Planning
diselenggarakan di London pada 11 Juli 2012 oleh Bill and Melinda Gates
Foundation bekerja sama dengan pemerintah Inggris melalui Department for
International Development. Pertemuan ini diadakan untuk meminta komitmen komunitas
global (pemerintah, swasta, donor, dan masyarakat madani) untuk memperluas
ketersediaan informasi, pelayanan, dan pasokan alat KB agar dapat menambah
sebanyak 120 juta perempuan dan anak perempuan di negara-negara termiskin di
dunia yang memakai alat kontrasepsi tanpa paksaan atau diskriminasi pada tahun
2020. Pertemuan ini mendukung hak dan alat bagi perempuan dan anak perempuan
untuk dapat merencanakan hidup mereka sendiri, termasuk memutuskan, secara
bebas dan untuk kepentingan mereka sendiri, apakah mereka akan punya anak,
serta kapan dan berapa anak yang akan mereka miliki. Selain itu, pertemuan ini
juga mendukung pelaksanaan dan dibangun dengan memanfaatkan momentum yang
diciptakan oleh Strategi Global untuk Kesehatan Perempuan dan Anak (Global Strategy
for Women’s and Children’s Health) – Setiap Perempuan, Setiap Anak (Every
Woman, Every Child) – Sekretaris Jenderal PBB dan kemitraan pemerintah-swasta
dan masyarakat madani yang inovatif melalui Koalisi Pasokan Kesehatan
Reproduksi (Reproductive Health Supplies Coalition) dan kampanye Bergandeng
Tangan (Hand to Hand) mereka, yang diluncurkan di Majelis Umum PBB pada
September 2010. Pertemuan ini diikuti oleh berbagai negara, negara dan
organisasi donor, LSM, dan organisasi pendukung. Ada 4 kepala negara dan 28
menteri yang hadir termasuk dari Indonesia.
Melalui London Summit on Family
Planning diharapkan revitalisasi gerakan KB global dan komitmen berbagai pihak
akan dapat menyelamatkan dan mengubah hidup jutaan perempuan dan anak perempuan
di negara-negara termiskin di dunia. Kerja sama komunitas global akan dapat
menyelamatkan hidup dan meningkatkan kesehatan, sosial, dan ekonomi keluarga,
masyarakat, dan negara sekarang, juga generasi mendatang. (AT)
2.6 Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2
yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang
ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera. Ada beberapa sasaran keluarga berencana.
Sasaran program keluarga berencana (KB) nasional lima tahun kedepan seperti
tercantum dalam RPP JM 2004-2009 adalah sebagai berikut:
- Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi satu, 14% per-tahun.
- Menurunkan angka kelahiran total FertililtyRate (TFR) menjadi 2,2 perperempuan.
- Meningkatnya peserta KB Pria menjadi 4,5 %.
- Meningkatnya pengguna metode Kontrasepsi yang efektif dan efisisen
- Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
- Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluaga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
- Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggraan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
2.7 Pelaksanaan Program KB
Salah satu cara untuk mewujudkan
keluarga yang sakinah adalah mengikuti program Keluarga Berencana (KB). KB
secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan
keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh
sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya, KB merupakan salah satu upaya pemerintah yang dikoordinir oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), dengan program untuk
membangun keluarga-keluarga bahagia dan sejahtera serta menjadikan keluarga
yang berkualitas. KB dapat dipahami juga sebagai suatu program nasional yang
dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan
pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan
jasa. Pelaksanaan program tersebut salah satunya adalah dengan cara
menganjurkan. setiap keluarga agar mengatur dan merencanakan kelahiran anak,
dengan menggunakan alat kontrasepsi modern. Sebab, dengan mengatur kelahiran
anak, keluarga biasanya akan lebih mudah menyeimbangkan antara keadaan dan
kebutuhan, pendapatan dan pengeluaran. Dan pada akhirnya dapat lebih mudah
membentuk sebuah keluarga bahagia dan sejahtera. Bila pertumbuhan penduduk
dapat ditekan, maka masalah yang dihadapi tidak seberat menghadapi
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.
STUDI KASUS PELAKSANAAN KB
Bengkulu Terbaik dalam Pelaksanaan
KB
Selasa, 3 November 2009 | 14:56 WIB
BENGKULU, KOMPAS.com - Pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB) di Provinsi Bengkulu dinilai terbaik secara
nasional dari segi angka kelahiran total (total fertility rate - TFR) maupun
tingkat kesertaan KB sebesar 70 persen lebih. Pelaksanaan program KB di
Provinsi Bengkulu dilihat dari hasil survei demografi kesehatan ibu (SDKI) 2007
cukup menggembirakan dengan TFR 2,4, di bawah TFR nasional 2,6, kata Kepala
BKKBN Provinsi Bengkulu Hilaluddin Nasir di Bengkulu, Selasa (3/11). Dengan TFR
2,6 (nasional) berarti tingkat kemampuan seorang ibu untuk melahirkan anak mencapai
lima sampai enam anak. Sedangkan dengan TFR 2,4 (Bengkulu) berarti tingkat
kemampuan seorang ibu untuk melahirkan anak adalah empat sampai lima anak.
"Penilaian terbaik nasional itu dilontarkan Kapuslitbang KB - KR, Dr Ida
Bagus Permana pada Workshop Faktor-faktor Penurunan Fertilitas di Bengkulu, 28
Oktober lalu," kata Hilaluddin didampingi Kasi AKIE, Sohibi. Tingkat
kesertaan KB di Provinsi Bengkulu juga terbaik nasional karena mencapai 73,9
persen atau meningkat 5,7 persen bila dibandingkan dengan hasil SDKI 2002-2003.
Ternyata tingginya kesertaan ber-KB
(CPR) ini memberikan kontribusi yang besar untuk menurunkan TFR, katanya.
Pencapaian angka CPR di daerah ini sebesar 70 persen lebih merupakan angka
pencapaian terbaik nasional yang patut diakui. Hal itu menunjukkan partisipasi
masyarakat di daerah itu telah tumbuh dan berkembang melalui peran pelaksana
dan pengelola KB. Dia mengatakan pencapaian angka tersebut akan diusahakan
lebih meningkat pada masa mendatang, sebagai wujud kontribusi nyata Provinsi
Bengkulu dalam menunjang pelaksanaan Program KB Nasional, hingga pertumbuhan
penduduk dapat ditekan melalui pemahaman tentang program KB di tengah
masyarakat, katanya. Dikatakannya, Kapuslitbang KB-KR berharap dengan
pencapaian angka CPR 73,9 persen, angka TFR di daerah itu akan menjadi 2,0.
Angka TFR sebesar itu dapat disebabkan peserta KB aktif pada usia paritas tua,
masih tingginya usia pernikahan dini penggunaan alat kontrasepsi yang kurang
efektif berupa kondom dan pil. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan perubahan
pola yang diperankan pengelola dan pelaku KB di lapangan untuk memberikan
pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi. Diperlukan langkah nyata dengan
melakukan pendekatan sosialisasi dalam penggunaan kontrasepsi yang efektif.
Juga diperlukan peran pengambil kebijakan dalam menekan angka pernikahan pada
usia 21 tahun ke atas dan perlunya peserta KB aktif pada usia muda dengan
paritas rendah, katanya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Program Keluarga Berencana (KB)
berguna baik bagi kehidupan dilihat dari aspek Kependudukan karena dengan
adanya Program KB ini, Kependudukan secara langsung menjadi terarah dan tidak
terjadi kelonjakan penduduk. Contoh dengan adanya program KB dan slogan “2 anak
lebih baik” menjadikan masyarakat mulai berfikir dan melihat prospek ke depan
bahwa mempunyai 2 anak tentu lebih baik, karena tingkat kesejahteraan anak
tersebut akan terjaga dibandingkan dengan yang lebih dari 2 anak, kesejahteraan
anak tersebut belum tentu dapat terjaga untuk masa depannya.
Program
Keluarga Berencana ini juga bertujuan agar aspek Kependudukan tidak lagi
menjadi masalah di masa depan, seperti semakin banyaknya penduduk lapangan
kerja semakin sedikit dan tingkat pengangguran tinggi. Oleh sebab itu,
Masyarakat dan Pemerintah akan lebih bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
kependudukan ini.
3.2
Saran
Sebaiknya
program Keluarga Berencana (KB) ini harus dimaksimalkan sampai ke pelosok
daerah, agar tidak terjadi ketimpangan disuatu wilayah dengan wilayah yang
lainnya. Dan Pemerintah bersama Masyarakat harus bekerja secara baik dalam
program KB ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abd ar-Rahim ‘Umran. 1997. Islam dan
KB. Jakarta: Lentera
2.
Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
3.
Masjfuk Zuhdi. 1991. Masail
Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Mas Agung
4.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
5.
Prihatmiati, Atiek. 2003. Beberapa
Faktor yang Berkaitan dengan Pemilihan Type Alat Kontrasepsi Suntik pada Ibu
Menyusui
6.
1q1q. 2 mei 2008. Kekurangan dan
kelebihan alat kontrasepsi. http://i-comers.com/2008/05/02. 12 Maret 2010
7.
http://nurelfata.blogspot.com/
8.
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/11/03/14564725/Bengkulu.Terbaik.dalam.Pelaksanaan.KB.
9.
http://rizanurzaman.blogspot.com/2012/11/sejarah-keluarga-berencana.html
Komentar
Posting Komentar