Etika Profesi Akuntansi Semester 7 (Tugas 4)
TUGAS SOFTSKILL
"Etika Dalam Akuntansi Keuangan
Dan Akuntansi Manajemen, Isu Etika Signifikan Dalam Dunia Bisnis Dan Profesi, serta
Soal Pilihan Ganda Dan Essay"
Dosen:
Budi Santoso
Disusun oleh:
Dea Khirana
(22214581)
Kelas:
4EB30
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Gunadarma
PTA 2017/2018
PTA 2017/2018
I.
MEMBUAT TULISAN DENGAN TOPIK DAN SUB TOPIK
1. Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
a. Tanggung Jawab Akuntan Keuangan dan Akuntan Manajemen
Akuntansi keuangan adalah suatu bagian
dari ilmu akuntansi yang mempelajari tentang penyiapan laporan keuangan untuk
pihak lar, misalnya Pemegang Saham, Pemasok, serta pemerintah. Sebagai salah
satu bagian dari ilmu akuntansi, maka akuntansi keuangan masih memakai prinsip
dasar dalam ilmu akuntansi, yakni Aset = Liabilitas + Ekuitas.
Seorang akuntan keuangan bertanggung jawab untuk :
1.
Menyusun laporan keuangan dari
perusahaan secara integral, sehingga dapat digunakan oleh pihak internal maupun
eksternal perusahaan dalam pengambilan keputusan.
2.
Membuat laporan keuangan yang sesuai
dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan (IAI, 2004) yaitu dapat
dipahami, relevan, materialistis, keandalan, dapat diperbandingkan, kendala
informasi yang relevan dan handal, serta penyajian yang wajar.
Akuntansi manajemen yaitu penyatuan
bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran informasi yang
digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan pengendalian,
pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada
pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja, pengamanan asset guna
menghasilkan informasi untuk pengguna internal, seperti manajer, eksekutif, dan
pekerja.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh
seorang akuntan manajemen lebih luas dibandingkan tanggung jawab seorang
akuntan keuangan, yaitu :
1.
Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi
dalam mengembangkan sistem perencanaan, menyusun sasaran-sasaran yang
diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat untuk memonitor arah kemajuan
dalam pencapaian sasaran.
2.
Pengevaluasian, mempertimbangkan
implikasi-implikasi historical dan kejadian-kejadian yang diharapkan, serta
membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
3.
Pengendalian, menjamin integritas
informasi finansial yang berhubungan dengan aktivitas organisasi dan
sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan mengadakan tindakan
koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang
diharapkan.
4.
Menjadi pertanggungjawaban sumber,
mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut
dapat memberikan kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan
pengukuran prestasi manajemen.
5.
Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi
dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan
eksternal.
b. Competence, Confidentiality, Integrity and Objectivity of Management
Accountant
Standar etika perilaku bagi akuntan
manajemen dijelaskan dalam empat kriteria berikut ini :
1.
Kompetensi (Competence)
Menjaga tingkat kompetensi profesionalitas yang
memadaiMelaksanakan tugas-tugas profesional sesuai dengan hukum, peraturan dan
standar teknis yang berlaku. Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap
serta jelas setelah melakukan analisis yang benar.
2.
Kerahasiaan (Confodentiality)
Menahan diri untuk tidak mengungkapkan informasi
rahasia yang diperoleh, kecuali diharuskan secara hukum. Memberitahukan kepada
bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan
tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan
tersebut
3.
Integritas (Integrity)
Menghindari diri dari konflik kepentingan dan mengingatkan semua pihak
tentang potensi konflik. Menahan diri dari pelaksanaan kegiatan yang akan
menimbulkan keraguan akan kemampuannya untuk melakukan tugasnya secara etis.
Menolak setiap pemberian, penghargaan dan tanda mata yang dapat mempengaruhi
tindakan.Menahan diri untuk tidak melakukan campur tangan terhadap legitimasi
organisasi, baik secara aktif maupun pasif.
4.
Objektifitas
Mengkomunikasikan informasi secara adil dan objektif. Mengungkapkan semua
informasi relevan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh manajemen.
c. Whistle Blowing
Awal mula Whistle Blower berasal dari
bahasa inggris whistle blower (Inggris artinya: peniup peluit). Secara
definisi, whistle blower adalah seorang pegawai (employee) atau karyawan dalam
suatu organisasi yang melaporkan, menyaksikan, mengetahui adanya kejahatan
ataupun adanya praktik yang menyimpang dan mengancam kepentingan publik di
dalam organisasinya dan yang memutuskan untuk mengungkap penyimpangan tersebut
kepada publik atau instansi yang berwenang (wikipedia, Columbia electronic
encyclopedia : 2005).
Whistle bowing dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.
Whistle blowing internal
Terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan
yang dilakukan karyawan kemudian melaporkan kecurangan tersebut kepada
atasannya.
2.
Whistle blowing eksternal
Terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan lalu membocorkannya kepada masyarakat karena kecurangan itu akan
merugikan masyarakat.
d. Creative Accounting
Creative Accounting adalah semua proses
dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi
(termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan menggunakannya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999). Pihak-pihak yang
terlibat di dalam proses creative accounting, seperti manajer, akuntan
(sepengetahuan saya jarang sekali ditemukan kasus yang melibatkan akuntan dalam
proses creative accounting karena profesi ini terikat dengan aturan-aturan
profesi), pemerintah, asosiasi industri, dll.
Creative accounting melibatkan begitu
banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan keuangan yang tidak benar,
seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan metode alokasi, mempercepat
atan menunda pengakuan atas suatu transasksi dalam suatu periode ke periode
yang lain).
e. Fraud Accounting
Kecurangan Fraud sebagai suatu tindak
kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan
salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang
lebih sederhana,fraudadalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk
berbohong, menipu, menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan
disini adalah merubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya
secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya.Fraud dapat dilakukan
oleh seseorang dari dalam maupun dari luar perusahaan. Fraud umumnya
dilakukan oleh orang dalam perusahaan (internal fraud) yang mengetahui
kebijakan dan prosedur perusahaan. Mengingat adanya pengendalian
(control) yang diterapkan secara ketat oleh hampir semua perusahaan untuk
menjaga asetnya, membuat pihak luar sukar untuk melakukan pencurian. Internal
fraud terdiri dari 2 (dua) kategori yaitu Employee fraud yangdilakukan
oleh seseorang atau kelompok orang untuk memperoleh keuntungan finansial
pribadi maupun kelompok dan Fraudulent financial reporting.
f. Fraud Auditing
Menurut Alison (2006) dalam artikel yang
berjudul Fraud Auditing mendefinisikan kecurangan (Fraud) sebagai bentuk
penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh
pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan.
Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan
atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran
(diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.
2. Isu Etika Signifikan dalam dunia bisnis dan profesi
a. Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan terjadi apabila perusahaan atau pemilik perusahaan
berada dalam kapasitas dan posisi yang memungkinkannya mengambil keputusan yang
menguntungkan kepentingan pribadi atau perusahaan tanpa dilandasi pertimbangan
yang adil dan objektif. Dalam kasus pebisnis menduduki posisi di pemerintahan
atau lembaga legislatif, dikhawatirkan terjadi konflik kepentingan yang disebut
oleh Kernaghan dan Langford sebagai self-dealing. Bagaimanapun, benturan
kepentingan tidak selalu berasal dari kapasitas atau posisi formal pelaku
bisnis dalam pemerintahan atau legislatif. Benturan kepentingan juga dapat
berasal dari kekuatan lain seperti kekuatan keuangan dan kemampuan melobi.
Banyak pelaku bisnis yang memiliki kedua hal itu meski berada di luar
pemerintahan atau lembaga legislatif. Akibatnya, mereka bukan saja dapat
terjebak dalam benturan kepentingan, namun juga perbuatan-perbuatan tercela.
Boleh jadi memang tidak selalu ada aturan formal yang khusus dibuat untuk
mencegah terjadinya benturan kepentingan. Namun terlepas
dari ada atau tidaknya aturan formal, pelaku bisnis hendaknya tidak hanya
melihat benturan kepentingan dari aspek legal formal semata. Harus pula
dipertimbangkan masalah etika. Etika pada dasarnya adalah standar atau moral
yang menyangkut benar-salah, baik-buruk. Pelaku bisnis yang peduli kepada etika
tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar hukum, menghindari
tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan tuntutan hukum, dan menghindari
tindakan-tindakan yang akan menghancurkan citra dan reputasi pelaku bisnis.
Namun di samping ketiga hal itu, pelaku bisnis yang peduli etika juga akan
menghindari perilaku yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, termasuk
dengan kekuasaan.
Ketidakpedulian terhadap etika bukan hanya akan berdampak buruk bagi
masyarakat, namun juga bagi perusahaan dan pelaku bisnis sendiri, seperti
anjloknya reputasi serta harus dikeluarkannya untuk memulihkan reputasi yang hilang,
yang seringkali amat mahal. Namun yang paling sulit dikembalikan adalah
hilangnya kepercayaan publik terhadap segala tindakan yang dilakukan pelaku
bisnis di masa depan.
b. Etika Dalam Tempat Kerja
Kemerosotan nilai dalam dunia kerja juga diakui oleh ahli filsafat Franz
Magnis Suseno, bahwa etika dalam tempat kerja mulai tergeser oleh kepentingan
pencapaian keuntungan secepat-cepatnya. Eika sudah tidak ada lagi dan
kegiatanekonomi hanya dimaknakan sebagai usaha mencari uang dengan cepat.
Akibatnya, perusahaan memberlakukan karyawan dengan buruk dan tidak menghormati
setiap pribadi. Etika dalam profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung
dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan
diterjemahkan kepada bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan
menolak stigma lama bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian
memperdayasaingan. Sedangkan tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga
insan bisnis jangan puas hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan.
Dalam pandangan rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai
adalah untuk bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari
kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan tersebut. Jadi, bersikap tidak
etis berarti menyimpang dari tujuan-tujuan tersebut dan berusaha meraih
kepentingan sendiri dalam cara-cara yang jika melanggar hukum dapat dinyatakan
sebagai salah satu bentuk ākejahatan kerah putihā.
Adapun beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di dalam suatu perusahaan, misalnya:
Adapun beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di dalam suatu perusahaan, misalnya:
1.
Etika Terhadap Saingan
Kadang-kadang ada
produsen berbuat kurang etis terhadap saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa
produk saingan kurang bermutu atau juga terjadi produk saingan dirusak dan
dijual kembali ke pasar, sehingga menimbulkan citra negatifdari pihak konsumen.
2.
Etika Hubungan dengan Karyawan
Di dalam perusahaan
ada aturan-aturan dan batas-batas etika yang mengatur hubungan atasan dan
bawahan, Atasan harus ramah dan menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi
kesempatan naik pangkat, dan memperoleh penghargaan.
3.
Etika dalam hubungan dengan public
Hubungan dengan publik
harus di jaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis.
Hubungan dengan public ini menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup.
c. Aktivitas Bisnis Internasional ā Masalah Budaya
Kepemimpinan berperan
sebagai motor yang harus mampu mencetuskan dan menularkan kebiasaaan produktif
di lingkungan organisasi. Maka dengan demikian, masalah budaya perusahaan
bukanlah hanya apa yang akan dikerjakan sekolompok individu melainkan juga
bagaimana cara dan tingkah laku mereka pada saat mengerjakan pekerjaan
tersebut. Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya
perusahaan
Tidaklah mengherankan,
bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin
yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran
situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah
sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak
mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya).
Jadi ketika perusahaan berskala Internasional yang sudah pasti memiliki
banyak karyawan membuat suatu kebijakan yang kemudian nantinya dilaksanakan
oleh karyawannya, semakin lama waktu berjalan maka kebiasaan tersebut menjadi
suatu budaya di perusahaan tersebut, maka dari itu seharusnya sebuah peusahaan
memikirkan matang-matang mengenai kebijakan yang akan diberlakukan agar tidak
menimbulkan budaya yang tidak baik bagi perusahaan tersebut.
d. Akuntabilitas Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
1.
Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan
tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan
2.
Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial
social accounting, social auditing.
3.
Untuk menginternalisir biaya sosial dan
manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan
sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan. Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu
kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas
tiga langkah, diantaranya: Menentukan biaya dan manfaat
social Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari
manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan
menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik.
e. Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian
yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya
terjadi gangguan pada proses bisnis ānormalā yang menyebabkan perusahaan
mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan
demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam
bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran,
kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok kerja. Aspek
dalam Penyusunan Rencana Bisnis. Setidaknya terdapat enam aspek yang mesti kita
perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap. Yaitu tindakan
untuk menghadapi :
Situasi darurat (emergency response).
1.
Skenario untuk pemulihan dari bencana
(disaster recovery),
- Skenario untuk pemulihan bisnis (business
recovery),
- Strategi untuk memulai bisnis kembali (business
resumption),
- Menyusun rencana-rencana kemungkinan (contingency
planning), dan
- Manajemen krisis (crisis management).
Penanganan Krisis pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis,
perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini
terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi.
Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis
yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik dengan media untuk
mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus menginformasikan
kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan
sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Sumber :
II.
MEMBUAT SOAL DAN JAWABANNYA
1.
Soal Essay 1
Sebutkan 3 faktor utama yang
terdapat di dalam lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika ?
Jawab :
1.
Perbedaan Budaya
2.
Pengetahuan
3.
Perilaku organisasi
2. Soal Pilihan Ganda 10
1.
Cabang dari filsafat yang menyelidiki
penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya
dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari
permasalahan di dunia nyata, secara umum ini merupakan pengertian dari?
Jawab :
a.
Basic etika
b.
Prinsip etika
c.
Etika
d.
Integritas
2.
Di bawah ini adalah 3 faktor utama yang
terdapat dalam lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika, kecuali?
Jawab :
a.
Perilaku budaya
b.
Moral
c.
Pengetahuan
d.
Perilakuan organisasi
3.
Manakah jawaban yang benar yang termasuk
faktor utama dalam lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika?
Jawab :
a.
Pengetahuan
b.
Moral
c.
Ekonomic
d.
Competion
4.
Memastikan bahwa konsep etikanya
menyebar di seluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua
pegawai, tugas ini merupakan tugas dari?
Jawab :
a.
HRD
b.
Personalia
c.
Karyawan
d.
Manajemen puncak
5.
Yang bukan merupakan jenis profesi
akuntansi dibawah ini adalah
Jawab :
a.
Akuntan public
b.
Akuntan manajemen
c.
Akuntan eksternal
d.
Akuntan internal
6.
Yang bukan merupakan karakteristik dan
hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggung-jawabkan oleh auditor kepada public
adalah
Jawab :
a.
Auditor harus berpakaian rapih dan menarik
didepan publik.
b.
Auditor harus memposisikan diri untuk
independen, berintegritas, dan obyektif.
c.
Auditor harus memiliki keahlian teknik
dalam profesinya.
d.
Auditor harus melayani klien dengan
profesional dan konsisten dengan tanggung jawab mereka kepada publik.
7.
Proses regulasi oleh sebuah profesi atau
proses evaluasi yang melibatkan individu-individu yang berkualitas dalam bidang
yang relevan. Pengertian tersebut merupakan pengertian dari?
Jawab :
a.
Etika profesi
b.
Peer review
c.
Tanggung jawab profesi
d.
Basic etika
8.
Yang bukan merupakan aspek indepedensi
akuntan public adalah
Jawab :
a.
Indepedensi sikap mental
b.
Indepedensi penampilan
c.
Indepedensi praktisi
d.
Indepedensi waktu
9.
Respon pertama perusahaan terhadap
sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan
normal, ini merupakan pengertian dari?
Jawab :
a.
Manajemen krisis
b.
Akuntansi sosial
c.
Aktivitas bisnis
d.
Etika dalam tempat kerja
10.
Dibawah ini adalah beberapa praktik di
dalam suatu pekerjan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi didalam
suatu perusahaan, kecuali?
Jawab :
a.
Etika terhadap saingan
b.
Etika hubungan dengan karyawan
c.
Etika dengan yang tidak berkepentingan
d.
Etika dalam hubungan dengan public
Komentar
Posting Komentar